/ Kontribusi Kita pada Emisi Kata
Hingar bingar dan hiruk pikuk media sosial sudah menjadi “makanan” kita sehari-hari. Algoritme berkualitas menaikkan kuantitas penggunaan platform-platform itu, meskipun demikian tidaklah tepat untuk “menyalahkan” algoritme sepenuhnya. Sebuah artikel yang ditulis Charles Brooke, seorang kolumnis untuk Guardian.com, pada 2013 melekat dalam benak saya selama ini. Ia menulis tentang keputusannya untuk beristirahat sejenak dari penggunaan Internet karena Ia tidak mau berkontribusi pada “Emisi Kata”. Brooke melihat reaksi manusia yang cepat tanggap dan tanpa pikir panjang terhadap topik-topik terkini sebagai sebuah fenomena Emisi Kata, contohnya: “jika peramal cuaca memberikan informasi yang salah pada acara BBC jam 8.45 pagi, siangnya dapat kita temukan 86 kolom penuh amarah, 95 blog putus asa, setengah juta kicauan masam, dan sebuah meme lucu hasil Photoshop.” Kata ‘emisi’ itu sendiri yang artinya ‘hasil pembuangan’ menyiratkan kehampaan makna dari reaksi-reaksi tersebut. Emisi yang berlebihan menghasilkan limbah, jadi dalam hal ini Emisi Kata dapat berujung pada polusi informasi. Pertanyaannya, apakah kita berkontribusi pada Emisi Kata?
Media baru tidak lagi memiliki saringan timbang ukur yang dimiliki oleh media traditional. Kesempatan untuk memproduksi, mendistribusi, dan mengonsumsi konten digital secara bebas menciptakan publik yang produktif (Artieri, 2012). Meskipun 12 tahun sudah berlalu sejak pengalaman Brooke menjedakan diri dari Internet, saat ini manusia masih berperilaku serupa dengan contoh yang Ia paparkan, hanya saja dengan mode yang berbeda. Pada dasarnya, kebutuhan manusia untuk berkomunikasi akan selalu diwadahi oleh perkembangan teknologi. Ironisnya, tulisan ini juga dapat termasuk sebagai wujud emisi jika kontribusi kata-kata saya hanya dirasa pembaca sebagai luapan sesaat dan tanpa arah. Kembali ke pertanyaan sebelumnya, dengan menggunakan konsep Emisi, manusia dianggap seperti “membuang” kata-kata dan bukan “menghasilkan”. Dengan demikian, Pekerjaan Rumah kita adalah untuk mengubah Emisi (emission) menjadi Komisi (commission), sebuah intensi yang lebih terarah sehingga kontribusi kita dalam berkata-kata adalah wujud komunikasi dari manusia yang produktif and kreatif.