/ 7 Etika Wawancara Narasumber yang Wajib Kamu Ketahui
Wawancara merupakan salah satu metode penting dalam dunia jurnalistik, content writing, hingga riset. Namun, tidak cukup hanya bermodal daftar pertanyaan dan alat perekam—etika saat mewawancarai narasumber memegang peran besar dalam kelancaran proses dan kualitas hasil wawancara itu sendiri. Etika yang baik dapat membangun kepercayaan, menciptakan suasana yang nyaman, dan mendorong narasumber memberikan informasi yang lebih terbuka dan jujur. Dalam artikel ini, kita akan membahas tujuh etika wawancara yang wajib kamu pahami dan terapkan agar proses wawancara berlangsung profesional dan penuh respek.
Baca Juga : Tips Distribusi Press Release Melalui Media Sosial yang Efektif
Wawancara adalah salah satu proses penting dalam menggali informasi, terutama di bidang jurnalistik, content writing, riset, maupun humas. Namun, proses wawancara tidak cukup hanya dengan membawa daftar pertanyaan dan merekam percakapan. Etika memegang peranan krusial dalam menjaga profesionalitas dan menciptakan hubungan saling menghormati antara pewawancara dan narasumber. Dengan memahami dan menerapkan etika wawancara, kamu akan lebih mudah mendapatkan jawaban yang jujur, mendalam, dan penuh makna. Berikut ini tujuh etika wawancara yang wajib kamu ketahui dan terapkan:
Sebelum bertemu narasumber, pastikan kamu sudah melakukan riset yang cukup. Kenali siapa narasumbermu—apa latar belakangnya, apa yang sedang mereka kerjakan, serta isu atau bidang apa yang mereka kuasai. Dengan begitu, kamu tidak hanya terlihat profesional, tetapi juga akan lebih mudah membangun kedekatan saat wawancara berlangsung. Pertanyaanmu pun akan lebih relevan dan berbobot, sehingga narasumber merasa dihargai dan nyaman berbagi.
Etika dasar yang sangat penting adalah selalu meminta izin sebelum mulai merekam suara, video, atau mencatat secara intensif. Meskipun tujuan kamu adalah untuk mendokumentasikan informasi, narasumber tetap berhak atas privasi mereka. Meminta izin tidak hanya menunjukkan rasa hormat, tetapi juga menciptakan suasana yang lebih terbuka dan menghargai batasan pribadi narasumber.
Bahasa adalah jembatan utama dalam komunikasi. Saat wawancara, pastikan kamu menggunakan bahasa yang sopan, netral, dan sesuai konteks. Hindari menyelipkan opini pribadi yang dapat memicu debat, atau nada bertanya yang terlalu menginterogasi. Bahkan jika kamu dekat secara personal dengan narasumber, jaga agar wawancara tetap berada dalam koridor profesional.
Salah satu kesalahan umum pewawancara adalah terlalu fokus pada daftar pertanyaan berikutnya, hingga lupa untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Dengarkan setiap jawaban dengan penuh perhatian, dan bila perlu, gali lebih dalam dari pernyataan narasumber. Tunjukkan bahwa kamu benar-benar tertarik dan menghargai pendapat mereka. Sikap ini akan menciptakan koneksi yang lebih kuat dan membuat narasumber lebih terbuka.
Sebagai pewawancara, kamu harus menjaga sikap netral. Hindari menunjukkan penilaian pribadi yang terlalu kentara—baik berupa persetujuan maupun ketidaksetujuan. Tujuannya bukan untuk berdebat atau mengarahkan opini, melainkan untuk memberikan ruang bagi narasumber menyampaikan pandangannya secara bebas. Objektivitas juga penting agar hasil wawancara tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan secara etika.
Tidak semua hal boleh atau bisa dibicarakan. Jika narasumber menghindari topik tertentu atau meminta agar bagian tertentu tidak dikutip (off the record), maka kamu wajib menghormatinya. Jangan memaksa narasumber membuka hal-hal yang mereka anggap sensitif atau pribadi. Kepercayaan adalah kunci utama dalam wawancara, dan sekali dilanggar, akan sulit untuk dipulihkan.
Setelah wawancara selesai, jangan langsung beranjak pergi. Ucapkan terima kasih secara tulus atas waktu dan informasi yang telah diberikan. Jika perlu, beri tahu bahwa kamu akan mengirimkan kutipan atau draft artikel untuk dikonfirmasi sebelum publikasi. Ini menunjukkan bahwa kamu profesional, transparan, dan menghargai kontribusi narasumber.
Baca Juga : Tinjauan Digital Marketing: Jenis, Tantangan, dan Keterampilan yang Dibutuhkan
VRITIMES adalah platform distribusi press release profesional yang telah dipercaya oleh lebih dari 3.000 perusahaan dari berbagai industri. Dengan biaya mulai dari Rp499.000, Anda sudah dapat mendistribusikan siaran pers ke lebih dari 100 media ternama di Indonesia, lengkap dengan jaminan tayang. Layanan ini dirancang untuk memudahkan bisnis, startup, maupun individu dalam menjangkau publik secara luas melalui publikasi media yang kredibel.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs resmi VRITIMES.