/ Memilih Tenor Cicilan yang Tepat Agar Keuangan Tetap Aman
Kamu pasti pernah berada di situasi ketika sebuah barang atau kebutuhan terasa sangat penting untuk segera dimiliki, entah itu gadget baru untuk kerja, perabot untuk kos, sampai kebutuhan mendadak yang tidak bisa ditunda.
Di momen seperti itu, cicilan terasa seperti penyelamat. Namun ada satu hal yang sering menentukan lancar atau tidaknya perjalanan finansial kamu setelahnya yaitu pilihan tenor.
Tenor bukan sekadar angka berapa bulan kamu mencicil. Tenor menentukan besar kecilnya beban bulanan, mempengaruhi napas keuangan kamu, dan memberi efek berantai ke seluruh rencana finansial kamu.
Banyak anak muda yang merasa memilih tenor itu sederhana, sampai akhirnya sadar bahwa cicilan bulanan terlalu menekan atau justru total bunganya membengkak. Kamu bisa lebih bijak kalau tahu cara memilih tenor yang pas sejak awal.
Berikut panduan lengkap dengan sudut pandang yang dekat dengan kehidupan sehari hari kamu.
Setiap keputusan finansial yang sehat dimulai dari kemampuan membaca kondisi diri sendiri. Kamu bisa mulai dengan mencatat pemasukan kamu sebulan, kemudian listing seluruh pengeluaran rutin seperti makan, transportasi, sewa tempat tinggal, pulsa internet, dan tabungan wajib.
Ada satu cara gampang untuk melihat kemampuan membayar cicilan, yaitu rumus 30 persen. Sebisa mungkin cicilan bulanan tidak lebih dari 30 persen pendapatan bersih kamu. Jika penghasilan kamu Rp4 juta, maka idealnya cicilan maksimal sekitar Rp1,2 juta sebulan.
Cara ini membantu kamu tetap punya ruang bernapas ketika muncul kebutuhan mendadak. Setelah tahu kemampuan riil kamu, tenor yang cocok akan terlihat lebih jelas.
Kamu mungkin termasuk orang yang tidak suka punya beban jangka panjang. Banyak pekerja muda yang merasa lebih nyaman menyelesaikan utang cicilan dalam beberapa bulan saja.
Tenor pendek punya keunggulan yang sangat disukai yaitu total bunga menjadi lebih kecil. Kamu jadi cepat merdeka dari cicilan.
Tapi pastikan dulu cashflow kamu benar benar stabil. Cicilan tenor pendek biasanya menghasilkan beban bulanan yang lebih besar.
Kalau kamu memaksakan diri dan ternyata muncul masalah seperti lembur yang berkurang, pekerjaan berganti, atau biaya hidup tiba tiba naik, kamu bisa merasa tercekik.
Case study kecil. Seorang karyawan muda bernama Dimas memilih cicilan empat bulan untuk membeli laptop baru. Tiga bulan pertama aman, tapi memasuki bulan keempat kosnya naik dan pengeluarannya berantakan.
Di situ dia merasa tenor pendek kurang cocok untuk kondisi keuangannya. Kamu bisa belajar dari pengalaman seperti ini sebelum menentukan pilihan.
Tren belanja cicilan di kalangan anak muda saat ini bergerak ke arah tenor menengah hingga panjang karena alasan kenyamanan. Banyak yang merasa lebih tenang ketika beban bulanan lebih kecil.
Tenor 6 sampai 24 bulan sering menjadi pilihan karena terasa ringan di dompet dan tidak mengganggu pengeluaran lain. Misalnya, kamu memutuskan untuk mengajukan cicilan ringan pinjaman Rp50 juta, maka lebih ringan jika mengambil tenor 12 hingga 24 bulan.
Tenor panjang memberi ruang gerak untuk kamu yang punya banyak kebutuhan lain atau kondisi finansial yang fluktuatif. Penghasilan freelancer, pekerja paruh waktu, atau wirausaha pemula biasanya tidak stabil sehingga lebih aman mengambil cicilan dengan tenor lebih panjang.
Kamu tetap perlu berhati hati. Total bunga biasanya lebih tinggi. Pastikan kamu sudah memperhitungkan total biaya hingga akhir agar tidak menyesal belakangan.
Tidak semua pembelian cocok dicicil lama. Ada kategori barang yang lebih aman diselesaikan cepat seperti gadget elektronik karena nilai barangnya akan turun.
Kamu mungkin pernah melihat teman yang masih mencicil ponsel lama sementara ponsel baru sudah keluar. Situasi seperti itu membuat orang merasa kurang nyaman.
Sementara untuk barang produktif seperti laptop kerja, alat usaha, atau kebutuhan rumah tangga jangka panjang, tenor lebih panjang bisa masuk akal. Kamu memanfaatkan barang itu setiap hari sehingga cicilan terasa lebih ringan secara psikologis.
Bahkan beberapa orang menganggap cicilan sebagai investasi produktif jika barang tersebut membantu menambah pemasukan.
Banyak aplikasi keuangan atau layanan pinjaman yang menawarkan fitur simulasi cicilan. Kamu bisa memasukkan jumlah pinjaman dan memilih tenor untuk melihat cicilan per bulan secara jelas.
Simulasi membantu kamu berpikir realistis. Kamu bisa membandingkan beberapa opsi sekaligus sampai menemukan yang paling aman untuk kehidupan kamu sehari hari.
Simulasi juga membuat kamu lebih peka terhadap besaran bunga dan biaya lain sehingga keputusan kamu lebih matang dan tidak terburu buru.
Kalau kamu sudah mempertimbangkan kondisi finansial, menghitung kemampuan membayar, memahami kebutuhan, dan mencoba berbagai simulasi, kamu akan lebih siap memilih tenor yang paling pas. Setiap orang punya situasi berbeda, jadi fokus pada kenyamanan dan stabilitas kamu sendiri.
Jika kamu sedang butuh dana tambahan dan ingin proses yang praktis, kamu bisa mempertimbangkan opsi pinjaman yang menawarkan tenor fleksibel dan cicilan ringan. Kamu bisa menyesuaikan cicilan dengan kemampuan finansial kamu. Kamu bisa memilih tenor yang bijak agar perjalanan cicilan kamu terasa lebih ringan dan tetap aman untuk dompet.
Salah satu pinjaman cicilan ringan yang bisa kamu gunakan adalah Neo Pinjam. Pinjaman online di neobank dari Bank Neo Commerce ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
- Limit pinjaman hingga Rp100.000.000
- Pinjaman online dengan pilihan tenor fleksibel minimal 3 bulan – maksimal 24 bulan
- Bunga mulai dari 0,06% flat per hari (setara dengan maksimum APR 21,9% per tahun)
- Tidak ada biaya tersembunyi atau penalti pelunasan lebih awal
Ditambah, pinjaman aman ini juga bebas biaya admin saat pencairan. Meskipun mudah dan cepat, pengajuan kamu tetap melalui evaluasi kelayakan untuk menjaga keamanan pengguna dan mencegah risiko kredit bermasalah.
Download neobank di PlayStore atau App Store dan ajukan Neo Pinjam sekarang. Kunjungi link Neo Pinjam untuk tahu info lengkap serta syarat & ketentuan mengenai Neo Pinjam.
***
PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).