/ Kenaikan Tarif Baja AS Jadi Momentum Krakatau Steel Perkuat Posisi Global
Sejak penerapan tarif pertama pada 2018, Krakatau Steel sudah merasakan dampak perlambatan ekspor ke pasar AS. Namun, AS bukan pasar utama bagi baja Indonesia yang mayoritas mengekspor ke Asia Tenggara, Jepang, dan Timur Tengah. Kenaikan tarif ini, meski memperketat akses ke pasar AS, justru mendorong Krakatau Steel Group dan pelaku industri baja nasional untuk semakin fokus memperkuat daya saing dan memperluas pasar di kawasan regional dan global.
Menatap Peluang di Tengah Tantangan
Krakatau Steel menyikapi kebijakan baru ini dengan optimisme dan strategi adaptif. Menurut Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk/KRAS, Akbar Djohan, diversifikasi pasar menjadi prioritas utama. Dengan memperkuat jaringan pasar di ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika. Krakatau Steel berupaya mengurangi ketergantungan pada pasar yang rawan perubahan kebijakan proteksionis. Pasar-pasar ini memiliki kebutuhan baja yang terus tumbuh, seiring dengan perkembangan infrastruktur dan industri di kawasan.
Selain itu, Krakatau Steel fokus mengembangkan produk baja bernilai tambah tinggi maupun peningkatan produksi domestik dengan mengembangkan industri hilir baja-aluminium, maupun inovasi produk lainnya, seperti baja khusus untuk otomotif, konstruksi berkelanjutan, dan teknologi tinggi, serta dapat meningkatkan daya saing serta membuka peluang di segmen pasar premium yang lebih stabil dan kurang sensitif terhadap harga.
Yang tidak kalah penting, peningkatan efisiensi produksi dan penggunaan teknologi modern menjadi kunci untuk menekan biaya produksi. Dengan mengadopsi teknologi industri 4.0 dan proses manufaktur yang ramah lingkungan, Krakatau Steel berkomitmen menjaga kualitas produk sekaligus menekan dampak lingkungan.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Menteri Perindustrian RI, Faisol Riza menyatakan, Krakatau Steel memegang peran sangat strategis dalam memperkokoh pondasi industri baja nasional. Dengan peningkatan kapasitas produksi dan inovasi produk, Krakatau Steel tidak hanya membantu memperkuat ketahanan rantai pasok domestik tetapi juga membuka peluang ekspansi pasar di kawasan regional.
Sinergi dengan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia juga memainkan peran strategis dengan mendorong kebijakan perdagangan yang proaktif. Melalui kerja sama regional seperti ASEAN dan perjanjian perdagangan bebas (FTA), pemerintah berupaya memperluas akses pasar bagi produk baja Indonesia. Selain itu, dukungan insentif untuk peningkatan teknologi dan hilirisasi industri baja di dalam negeri menjadi bagian dari upaya memperkuat industri nasional.
Lebih jauh, pemerintah dan Krakatau Steel perlu terus memantau kebijakan perdagangan global dan respons negara-negara mitra dagang AS, agar dapat merespons secara cepat dan strategis terhadap perubahan dinamika pasar.
Seorang pengamat ekonomi industri, menekankan bahwa dalam menghadapi tantangan global, dukungan kebijakan pemerintah yang proaktif sangat diperlukan. Kebijakan tersebut harus mendorong inovasi dan daya saing Krakatau Steel agar dapat memanfaatkan peluang yang semakin terbuka di pasar ekspor, khususnya di Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Selain itu, pemerintah juga perlu membuka akses pasar baru di luar AS dan memperkuat posisi dalam kerja sama regional seperti RCEP dan ASEAN+3. Bagi pelaku industri, strategi adaptasi harus mencakup diversifikasi sumber bahan baku, efisiensi proses produksi, dan penguatan kemitraan dagang dengan negara non-AS.
Optimisme Menyongsong Masa Depan
Langkah Trump adalah bagian dari tren neo-merkantilisme global yang mulai menggantikan era globalisasi neoliberal. Dunia perlu menyadari bahwa stabilitas perdagangan tak bisa hanya bergantung pada goodwill satu negara adidaya. Kerja sama regional, penguatan industri domestik, dan diplomasi aktif adalah kunci agar negara-negara seperti Indonesia tidak menjadi korban-melainkan aktor dalam redefinisi ekonomi global.
Setia Diarta, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat industri baja nasional. Menurutnya, dukungan teknologi modern dan kebijakan perdagangan yang kondusif menjadi kunci agar Krakatau Steel mampu bersaing di pasar global dan sekaligus mendukung pembangunan industri manufaktur nasional.
Kenaikan tarif baja AS bukanlah hambatan yang mengakhiri peluang Krakatau Steel, melainkan momentum untuk memperkuat fondasi bisnis dan bersaing lebih sehat di pasar global. Dengan strategi diversifikasi pasar, inovasi produk, efisiensi produksi, dan dukungan kebijakan yang sinergis, Krakatau Steel optimistis dapat mempertahankan posisi sebagai pilar utama industri baja Indonesia dan memperluas jejaknya di kancah internasional.
Industri baja Indonesia kini tengah memasuki era baru yang penuh tantangan sekaligus peluang. Krakatau Steel dan seluruh pelaku industri diharapkan mampu menjawab tantangan ini dengan inovasi dan semangat yang kuat, demi masa depan yang lebih maju dan berkelanjutan. (*)